Cerpen Cinta Remaja
"Karin!! Kau benar benar ceroboh! Kau lihat apa yang sudah kau lakukan? Kau tau harga vas ini sangat mahal?! Huh! Cepat sana pergi sekolah! Kalau kau tetap ada disini, hanya akan membuat Mama tambah marah!" hatiku sakit mendengar omelan Mama barusan. Aku segera berlari keluar rumah. Tak kuhiraukan sapaan supir pribadiku yang setiap pagi selalu menyiapkan mobil untuk mengantarku kesekolah. Aku memilih terus berlari keluar gerbang dan berjalan cepat di trotoar. Aku benci! Rasanya aku hanya memecahkan vas bunga dengan tidak sengaja dan Mama mencaciku seperti itu. Betapa berharganyakah vas itu dibanding aku! Anaknya sendiri! Mama bahkan tak pernah peduli saat aku terluka. Kerjanya hanya bolak balik keluar negeri mengurus perusahaan warisan alm. Papa. Aku jarang diperhatikan. Mungkin ia lupa punya seorang anak. BRUK!! Kurasakan tubuhku menubruk seseorang. Aku menyurut mundur menyeimbangkan tubuhku. Tapi orang yg kutubruk itu jatuh telungkup didepanku. Sepertinya tadi dia berjalan didepanku. Aku terlalu larut dalam tangis sampai tak begitu memperhatikan jalan dan menubruk punggungnya yang dilapisi tas punggung hitam.
" Ya ampun.. Kau yang menabrakku kenapa jadi kau yang menangis?" pria ini celingukan mengecek situasi sekitar.
^_^ thanks and please like ^_^
"Karin!! Kau benar benar ceroboh! Kau lihat apa yang sudah kau lakukan? Kau tau harga vas ini sangat mahal?! Huh! Cepat sana pergi sekolah! Kalau kau tetap ada disini, hanya akan membuat Mama tambah marah!" hatiku sakit mendengar omelan Mama barusan. Aku segera berlari keluar rumah. Tak kuhiraukan sapaan supir pribadiku yang setiap pagi selalu menyiapkan mobil untuk mengantarku kesekolah. Aku memilih terus berlari keluar gerbang dan berjalan cepat di trotoar. Aku benci! Rasanya aku hanya memecahkan vas bunga dengan tidak sengaja dan Mama mencaciku seperti itu. Betapa berharganyakah vas itu dibanding aku! Anaknya sendiri! Mama bahkan tak pernah peduli saat aku terluka. Kerjanya hanya bolak balik keluar negeri mengurus perusahaan warisan alm. Papa. Aku jarang diperhatikan. Mungkin ia lupa punya seorang anak. BRUK!! Kurasakan tubuhku menubruk seseorang. Aku menyurut mundur menyeimbangkan tubuhku. Tapi orang yg kutubruk itu jatuh telungkup didepanku. Sepertinya tadi dia berjalan didepanku. Aku terlalu larut dalam tangis sampai tak begitu memperhatikan jalan dan menubruk punggungnya yang dilapisi tas punggung hitam.
" Aduh.. Siapa sih yg menabrakku?" pria berseragam SMU itu merintih.
Aku berdiri ditempatku tanpa
mencoba kabur atau setidaknya minta maaf. Pikiranku kacau sekarang. Ia
masih dalam posisi telungkup lalu menolehkan kepalanya kebelakang. Ia
menatapku jengkel.
"Kau.." aku langsung terduduk
ditrotoar menghentikan ucapannya yang mungkin akan mencaciku seperti
Mama tadi. Aku menangis keras tak peduli dg keadaan sekitarku. Dapat
kulihat samar samar dibalik air mata yg mengenangi mataku, pria ini
terbelalak kaget kemudian berjongkok menghadap kearahku.
"Hei.. Jangan begitu! Sst..
Orang orang memperhatikan kita! Diamlah.. Kau membuatku dicurigai
seperti seorang terorist!" aku tak mengindahkan ucapannya bahkan
menangis makin keras. Inilah yang aku inginkan! Menangis sekeras
mungkin.